monalisantoso
Sabtu, 30 Mei 2015
Rabu, 27 Mei 2015
makalah test obyektif dan tes uraian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama
evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi
yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan
evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu
proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala
berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat
antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation), kegiatan pengukuran
merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran ini
diperlukan instrumen-instrumen berupa tes, salah satu bentuk tes tersebut
adalah Tes Bentuk objektif.
Dalam makalah/telaah
ini akan dibahas mengenai salah satu jenis pengukuran tersebut, yaitu tes
bentuk objektif yang didalamnya terdapat berbagai jenis butir soal yang
masing-masing akan diurai secara lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
a)
Bagaimana pengertian dari tes obyektif ?
b)
Bagaimana cara penggolongan tes obyektif ?
c)
Bagaimana pengertian dari tes uraian ?
1.3 Tujuan Penulisan
a)
Untuk mengetahui pengertian tes obyektif
b)
Untuk mengetahui dan memahami cara penggolongan tes
obyektif
c)
Untuk mengetahui pengertian tes uraian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tes Obyektif
Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan
jawaban atau respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau
penskoran jawaban/respons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara
obyektif oleh pemeriksa dan dapat menggunakan alat bantu.
Dilihat dari sistem penskorannya,
tes objektif akan menghasilkan skor yang sama. Sebagaimana nama yang
digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif.
Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995: 165). Karena sifatnya yang objektif
maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi
peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar
dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka
respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi
sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa
bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat
tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes
yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah
disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban
yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan
kebenaran jawaban – benar atau salah.
Tes Obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan
memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang
telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan
menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu
pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item
yang bersangkutan.
Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.
2.2 Penggolongan Tes Obyektif
1. Tes obyektif bentuk benar-salah
(true-false test)
Sering dikenal dengan istilah tes
obyektif bentuk benar-salah atau tes obyektif bentuk “ya-tidak” (yes-no test).
Tes obyektif bentuk True-false
merupakan salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan
dalam test hasil belajar berupa pernyataan (pernyataan dimana ada yang benar
dan ada yang salah). Tugas testee adalah membubuhkan tanda tertentu atau
mencoret huruf B apabila menurut mereka pernyataan itu benar, atau mencoret
huruf S apabila menurut mereka pernyataan itu salah.
Jadi, tes obyektif bentuknya adalah
kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawab, benar atau
salah, dan testee diminta menentukan pendapat mereka mengenai penyataan
tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara
mengerjakan soal.
Bentuk tes benar-salah ada 2 macam
jika dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal, yaitu:
a.
Dengan
pembetulan, yaitu siswa diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban yang
salah
b. Tanpa pemmbetulan, yaitu siswa hanya
diminta melingkari/mencoret huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul
Keunggulan tes obyektif bentuk
benar-salah (true-false test)
a) Mudah dalam menyusun/pembuatannya
mudah
b) Dapat digunakan berulang kali
c) Tidak terlalu banyak memakan
lembaran kertas/tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja
d) Mampu mencakup bahan pelajaran yang
luas
e) Bagi testee, cara mengerjakannya
mudah
f) Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah
Kelemahan tes obyektif bentuk
benar-salah (true-false test)
1) Mudah ditebak dan diduga
2) Membuka peluang bagi testee untuk
berspekulasi dalam memberikan jawaban
3) Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa
tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali, jadi
lebih bersifat hafalan
4) Umumnya tes obyektif jenis ini
reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah
yang banyak sekali
5) Dapat terjadi bahwa butir-butir soal
tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul
atau salah
Petunjuk dalam menyusun true-false test:
a) Tuliskan huruf B-S didepan
masing-masing pernyataan, agar mudah bagi testee dalam memberikan jawaban, dan
mudah juga bagi tester dalam mengoreksi
b) Jumlah butir soal hendaknya antara
10-20 soal
c) Jumlah butir soal yang jawabannya
benar sebaiknya seimbang dengan butir soal yang jawabannya salah
d) Urutan soal yang jawabannya benar
dan yang jawabannya salah sebaiknya jangan ajeg, tetapi dibuat selang seling,
agar adapt mencegah adanya spekulasi
e) Butir-butir soal yang jawabannya
benar sebaiknya tidak mempunya corak yang berbeda dari soal yang jawabannya
salah
f) Hindari pernyataan yang susunan
kalimatnya persis dalam bahan tes
2. Tes obyektif bentuk menjodohkan
(Matching Test)
Sering dikenal dengan istilah tes
menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes
mempertandingkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri
jawaban. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a) Tes terdiri dari satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban
b) Tugas testee adalah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau
merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.
Jadi, dalam bentuk tes ini,
disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangannya
yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat
pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.
Keunggulan tes obyektif bentuk
menjodohkan (Matching Test):
a) Pembuatannya mudah
b) Dapat dinilai dengan mudah, cepat,
dan obyektif
c) Apabila tes ini dibuat dengan baik,
maka faktor menebak praktis dapat dhilangkan
d) Tes jenis ini berguna untuk menilai
berbagai hal, seperti:
1. Antara problem dan penyelesaiannya
2. Antara teori dan penemunya
3. Antara sebab dan akibatnya
4. Antara singkatan dan kata-kata
lengkapnya
5. Antara istilah dan definisinya
Kelemahan tes obyektif bentuk
menjodohkan (Matching Test):
a) Cenderung lebih banyak mengungkap
aspek hafalan atau daya ingat saja
b) Karena mudah disusun, maka tes ini
kadang dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu digunakan apabila pengajar tidak
sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain
c) Tes jenis ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
d) Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini
sering menyelinap hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan
Petunjuk penyusunan Matching Test:
a)
Butir-butir soal yang dituangkan hendaknya tidak kurang dari
10 dan jangan lebih dari 15 (sekalipun tidak ada rumus/ketentuan yang pasti)
b)
Pada kelompok item sebaiknya ditambah sekitar 20%
kemungkinan jawab. Hal ini dimaksudkan agar testee tidak terlalu mudah mencari
jawabannya jika pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit yang belum
diisikan.
c)
Sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal
maupun jawabannya berada pada satu halaman kertas (untuk memudahkan testee
dalam mengerjakan)
d)
Petunjuk mengerjakan soal dibuat setegas dan seringkas
mungkin
3. Tes obyektif bentuk Isian (Fill in
test)
Tes obyektif bentuk fill in ini
biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita
beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian
yang telah dikosongkan tersebut.
Keunggulan tes obyektif bentuk Isian
(Fill in test):
a)
Cara penyusunannya mudah
b)
Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam
konteksnya
c)
Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh
mengenai suatu hal/bidang
Kelemahan tes obyektif bentuk Isian
(Fill in test):
a)
Karena tertuang dalam bntuk rangkaian cerita, maka test
jenis ini umumya banyak memakan tempat
b)
Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau
pengenalan saja
c)
Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka
d)
Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian
saja dari bahan yang semestinya diteskan
Petunjuk menyusun butir-butir item
tes Fill in:
a)
Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban
tersendiri/tempat yang terpisah
b)
Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat
c)
Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya
mrngungkap pengetahuan atau pengenalan, tetapi dapat mengungkap taraf
kompetensi yang lebih mendalam lagi
4. Tes obyektif bentuk melengkapi
(Completion Test)
Sering dikenal dengan istilah tes
melengkapi atau menyempurnakan. Ciri-cirinya:
a) Terdiri atas susunan kalimat yang
bagian-bagiannya sudah dihilangkan
b) Bagian-bagian yang dihilangkan itu
diisi dengan titik-titik (…..)
c) Titik-titik itu harus
dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan jawaban
Jadi, tes obyektif bentuk completion
ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk fill in. Perbedaannya ialah, pada
tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu merupakan satu kesatuan
cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus seperti itu.
Dengan kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang
satu dengan yang lain.
Keunggulan tes obyektif bentuk
melengkapi (Completion Test):
a) Tes model ini mudah dalam
penyusunannya
b) Jika dibandingkan dengan tes
obyektif bentuk fill in, tes obyektif jenis ini lebih menghemat tempat
c) Karena bahan yang disajikan dalam
tes ini cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komprehensif dapat dipenuhi
oleh tes model ini.
d) Tes ini dapat digunakan untuk
mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf
pengenalan atau hafalan saja
Kelemahan tes obyektif bentuk
melengkapi (Completion Test):
a) Pada umunya tester lebih cenderung
menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja
b) Dapat terjadi bahwa butir-butir item
dari tes model ini kurang relevan untuk diujikan
c) Karena pembuatannya mudah, maka
tester sering menjadi kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalimat
soalnya
5. Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda
(Multiple Choice Item Test)
Multiple choice test terdiri atas
suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap,
dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
yang telah disediakan. Atau dengan kata lain, multiple choice test terdiri atas
bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative
(option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai
kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).
Sampai saat ini multiple Choice item
dapat dibedakan menjadi delapan model, yakni:
a. Model melengkapi lima pilihan
Terdiri atas kalimat pokok yang
berupa pernyataan yang belum lengkap, disertai oleh 5 kemungkinan jawaban yang
dapat melengkapi jawaban tersebut. Tugas testee adalah memilih salah satu
diantara lima kemungkinan jawaban yang menurut keyakinan testee paling tepat
(=merupakan jawaban yang benar)
Contoh:
1.
Apabila kita memasuki masjid, disunnatkan untuk melakukan
solat sunnat…
a) Tahiyatul masjid
b) Istisqa’
c) Rawatib
d) dhuha
e) tarawih
Kunci jawaban dari pertanyaan
tersebut adalah A. tahiyatul Masjid
b. Model melengkapi berganda
Soal jenis ini pada dasarnya sama
dengan multiple choice model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas
pernyataan yang belum lengkap, disertai beberapa kemungkinan jawaban.
Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betul
bisa satu, dua, tiga, atau empat.
Contoh:
a) Bila (1), (2), dan (3) betul
b) Bila (1) dan (3) betul
c) Bila (2) dan (4) betul
d) Bila hanya (4) yang betul
e) Bila semuanya betul
Soal: 1. Haji wada’ adalah haji yang
dikerjakan…
1)
Sepuluh than sebelum nabi wafat
2)
Khusus oleh Nabi Muhammad SAW
3)
Oleh semua umat islam
4)
Setahun sebelum bulan haji berikutnya
Kunci jawabannya adalah C, karena
yang benar adalah point nomor (2) dan (4)
c.
Model
asosiasi dengan empat atau lima pilihan
Terdiri dari empat atau lima
istilah/pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti
beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Dari setiap pernyataan
tersebut, testee diminta memilih salah satu istilah/pengertian yang berhuruf
abjad, yang menurut keyakinan testee paling tepat. Contoh:
A. Fasiq B. kafir C. Murtad D.
Riya’
Soal:
1) Orang yang tidak mengakui adanya
Allah
2) Orang yang keluar dari agama islam
3) Orang yang tahu aturan dan
kewajiban, tetapi tidak mau menjalankannya
4) Gemar pamer dan ingin dipuji orang
Kunci: 1. B, 2. C , 3. A, 4. D
d. Model analisis hubungan antar hal
Terdiri atas satu kalimat pernyataan
yang diikuti oleh kalimat keterangan. Yang ditanyakan kepada testee adalah,
apakah pernyataan tersebut betul, dan apakah keterangan tersebut juga betul,
testee harus memikirkan, apakah pernyataan tersebut disebabkan oleh keterangan
yang diberikan, ataukah pernyataan tersebut tidak disebabkan oleh keterangan
tesebut?
Contoh:
Pilihlah:
a)
Jika pernyataan betul, alasan betul, dan keduanya
menunjukkan hubungan sebab-akibat
b)
Jika pernyataan betul, alasan betul, tetapi keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab-akibat
c)
Jika pernyataan betul dan alasan salah
d)
Jika pernyataan salah dan alasan betul
e)
Jika pernyataan salah dan alasan salah
Soal:
1. Nabi Muhammad SAW bersifat ma’sum
atau terhindar dari dosa
SEBAB
Dosa
seseorang akan ditanggung oleh orang yang bersangkutan
Kunci jawaban dari pertanyaan
tersebut adalah B, karena pernyataan
betul, alasan betul, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat
e.
Model
analisis kasus
Pada butir soal jenis ini,
seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, testee
ditanya mengenai berbagai hal dan kunci-kunci jawaban itu tergantung pada tahu
atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
f.
Model
Hubungan Dinamik
Model tes jenis ini menuntut testee
untuk memiliki bekal pengertian/pemahaman tentang perbandingan kuantitatif
dalam hubungn dinamik. Model tes ini lebih cocok diterapkan pada kelompok mata
pelajaran eksak, seperti: Biologi, kimia, Fisika, dsb.
Contoh:
Pilihlah:
a) Jika (1) naik, maka (2) naik
b) Jika (1) turun, maka (2) turun
c) Jika (1) naik, maka (2) turun
d) Jika (1) turun, maka (2) naik
e) Jika perubahan pada (1) tidak
mempengaruhi (2)
Soal: 1.
1) Volume Urine
2) Berat Jenis Urine
Jawaban: C
g. Model Hal Kecuali
Pada model tes jenis ini, kolom
sebelah kiri dicantumkan 3 macam gejala/kategori (A, B, atau C), sedangkan pada
kolom sebelah kanan ada 5 hal/keadaan (1, 2, 3, 4, 5), dimana empat diantaranya
cocok dengan satu hal yang berada disebelah kiri. Jawaban yang dikehendaki oleh
tester adalah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok
dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan
hal/keadaan itu. Jadi, testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu
1 huruf abjad dan 1 nomor.
Contoh:
Pilihlah: Kategori manakah yang
berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang tidak
termasuk kelompok hal diatas!
Soal:
A. Sifat-sifat orang sombong 1.
Sidiq
B. Kriteria untuk menjadi khalifah 2. Amanah
dalam pemerintahan islam 3. Khianat
C. Sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul 4. Fathonah
5.
Tabligh
Kunci jawabannya adalah C.3,
karena yang beruhungan erat denga 4 hal diatas selain khianat adalah C, yaitu
sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul.
h. Model pemakaian diagram, grafik,
peta, atau gambar
Pada tes obyektif model ini,
terdapat gambar/diagram/peta/grafik yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, dan
sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang hl-hal tertentu yang berkaitan dengan
tanda-tanda tersebut.
Keunggulan tes Pilihan Ganda:
a)
Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup atau
mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik
b)
Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif
c)
Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi
d)
Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/dimintai
bantuan mengoreksi hasil tes tersebut
e)
Butir soal pada tes obyektif jauh lebih mudah dianalisis
f)
Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan
hasilnya harus segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.
Kelemahan tes bentuk Pilihan Ganda:
a)
Menyusun butir tes obyektif tidak semudah menyusun tes
uraian
b)
Umumnya kurang dapat mengukur proses berpikir yang lebih
tinggi atau mendalam
c)
Terbuka bagi testee untuk bermain spekulasi
Petunjuk Penyusunan Tes Pilihan
Ganda:
a)
Untuk dapat menyusun soal tes obyektif yang bermutu tinggi,
pembuat soal tes harus membiasakan diri sering berlatih
b)
Disamping mengungkap aspek ingatan, juga dapat mengungkap
aspek yng lebih mendalam, maka dalam merancang soal, hendaknya tester
menggunakan Tabel Spesifikasi Soal/kisi-kisi soal/blue print
c)
Dalam menyusun butir-butir soal soal tes obyektif diusahakan
sungguh-sungguh agar tidak ada butir soal yang menimbulkan penafsiran
ganda/rancu dalam pemberian jawabannya
d)
Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau
istilah-istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas,
dan mudah dipahami oleh testee
e)
Hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas
dan tegas, sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk atau perintah
yang telah ditentukan
f)
Kunci jawaban harus tidak bias
diperdebatkan lagi.
g)
Tidak boleh diberikan “clues” secara tidak langsung seperti
panjang pendeknya alternative-alternatif, penggunaan kata-kata khusus.
h)
Soal-soal manapun alternative tidak boleh diambil secara
kata demi kata dari buku sehingga ada kemungkinan siswa menjawab benar bukan
karena ia menguasai bahannya akan tetapi karena bunyi kalimatnya yang sangat
familier.
2.3 TES URAIAN (TES SUBJEKTIF)
a. Pengertian tes uraian
Tes ini pada umumnya berbentuk esai
(uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya
adalah dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal
uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes
ini menuntut siswa untuk dapat
mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya
kreatifitas tinggi. Soal uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar
5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit.
b. Teori Berkenaan dengan Tes Uraian
Tes uraian dan
objektif tes uraian adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa
pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari mahasiswa secara individu
berdasarkan pendapatnya sendiri yang berbeda dengan jawaban mahasiswa
lainnya (Bloom & Madaus, 1981). Menurut
Grondlund (1982), tes uraian adalah kebebasan menjawab pertanyaan yang
ditujukan pada seseorang, yang menuntutnya agar memberikan jawaban sendiri,
relatif bebas, bagaimana mendekati masalahnya, informasi apa yang akan
digunakan, bagaimana mengorganisasi jawabannya, dan berapa besar tekanan yang
diberikan kepada setiap aspek jawaban. Nitko (1996) mengemukakan bahwa
soal-soal tes uraian memperbolehkan seseorang bebas untuk mengekspresikan
jawaban, ide-ide mereka sendiri dan hubungan antar ide-ide tersebut, serta mengorganisasi jawaban sendiri. Jawaban dari soal
menginginkan seseorang untuk mengaplikasikan keahliannya untuk memecahkan
masalah baru atau menganalisis situasi baru. Seorang mahasiswa bebas merespons
derajat kebenaran atau kebaikan. Respon mahasiswa dapat dinilai oleh seorang pengajar
ahli (dosen) yang mengetahui subjeknya terlebih dahulu.
C. Kelebihan dan Kelemahan
·
Kelebihan-kelebihan dari tes uraian
1.
Mudah disiapkan dan
disusun.
2.
Tidak memberikan
banyak kesempatan untuk berspekulas iatau untung-untungan.
3.
Mendorong siswa
untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang
bagus.
4.
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya
sendiri.
5.
Dapat mengetahui
sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
` ·
Kelemahan-kelemahan dari tes uraian
1.
Kadar validitas dan
reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang
betul-betul telah dikuasai.
2.
Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang
akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3.
Cara memeriksanya
banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4.
Pemeriksaannya
lebih sulit sebab membutuhkan
pertimbangan individual lebih banyak
dari penilai.
5.
Waktu untuk
koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain.
D. Petunjuk Penyusunan
Dalam penyusunan tes subjektif , maka harus diperhatikan beberapa hal
berikut.
1. Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokokdari bahan yang di
teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari
buku atau catatan.
3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman
penilaiannya.
4. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”,
”bagaimana”, ”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh
penguasaan siswa terhadap bahan.
5. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
tercoba.
6. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlal umum, tapi harus spesifik.
E. Penggunaan Tes Uraian
Tes bentuk uraian digunakan
apabila:
1.
Kelompok yang akan
dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
2.
Tester(guru) ingin
menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk
tertulis.
3.
Guru ingin
menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil
yang telah dicapai.
4.
Memiliki waktu yang
cukup untuk menyusun tes.
F. Contoh Soal Tes Uraian
DNA tersusun atas rangkaian
nukleotida (polinukleotida) ganda, yang membentuk tangga berpilin.
a)
Apakah yang
menyusun satu molekul nukleotida?
b)
Buatlah bagan satu
nukleotida yang menunjukkan 13a?
G. Beberapa Prinsip Konstruksi Tes Butir Soal Tes Uraian
1.
Prinsip 1: Gunakan
tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok.
2.
Prinsip 2:
Beritatahulah sebelumnya bahwa dalam tes yang akan datang akan digunakan bentuk
tes uraian.
3.
Prinsip 3:
Batasilah ruang lingkup secara pasti
4.
Prinsip4:
Pertanyaan hendaklah untuk mengukur tujuan hasil yang penting saja.
5.
Prinsip 5: Jangan
terlalu banyak menggunakan soal bentuk uraian untuk mengukur kemampuan
mengingat
BAB III
SIMPULAN
Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara obyektif, yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat
dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing
items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau
simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan. Adapun jenis-jenisnya meliputi
bentuk tes benar-salah (true-false), menjodohkan (matching test), bentuk isian
(Fill in), bentuk melengkapi (completion), dan bentuk pilihan ganda (Multiple
Choice Item Test). Dalam bentuk tes pilihan ganda sendiri terdapat beberapa
model, antara lain model melengkapi lima pilihan, melengkapi berganda, model
asosiasi empat atau lima pilihan, model analisis hubungan antar hal, model
analisis kasus, model hubungan dinamik, model hal kecuali, dan model pemakaian
diagram, grafik, peta, atau gambar. Dari jenis-jenis soal diatas, masing-masing
memiliki keunggulan dan kelemahan yang saling melengkapi satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Akhir Mali El Bustany. Teknik
Evaluasi Pendidikan Islam-Tes Objektif, http://arminaven.
blogspot.com/2011/06/tehnik-evaluasi-pendidikan-islam-tes.html.
Ø Wakhinuddin S. Tes Objektif, http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/06/03/tes-objektif/, diakses tanggal 9 Maret 2012, pukul
11.38 WIB
Ø
Sudijono, Anas,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT Raja Grafika Persada: 2007
Langganan:
Postingan (Atom)