Rabu, 27 Mei 2015




makalah test obyektif dan tes uraian



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation), kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran ini diperlukan instrumen-instrumen berupa tes, salah satu bentuk tes tersebut adalah Tes Bentuk objektif.
 Dalam makalah/telaah ini akan dibahas mengenai salah satu jenis pengukuran tersebut, yaitu tes bentuk objektif yang didalamnya terdapat berbagai jenis butir soal yang masing-masing akan diurai secara lebih mendalam.
1.2  Rumusan Masalah
a)      Bagaimana pengertian dari tes obyektif ?
b)      Bagaimana cara penggolongan tes obyektif ?
c)      Bagaimana pengertian dari tes uraian ?
1.3  Tujuan Penulisan
a)      Untuk mengetahui pengertian tes obyektif
b)      Untuk mengetahui dan memahami cara penggolongan tes obyektif
c)      Untuk mengetahui pengertian tes uraian






BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Tes Obyektif
Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau penskoran jawaban/respons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara obyektif oleh pemeriksa dan dapat menggunakan alat bantu.
Dilihat dari sistem penskorannya, tes objektif akan menghasilkan skor yang sama. Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995: 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.
Tes Obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.

Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.

2.2       Penggolongan Tes Obyektif
1.      Tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
Sering dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk benar-salah atau tes obyektif bentuk “ya-tidak” (yes-no test).
Tes obyektif bentuk True-false merupakan salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam test hasil belajar berupa pernyataan (pernyataan dimana ada yang benar dan ada yang salah). Tugas testee adalah membubuhkan tanda tertentu atau mencoret huruf B apabila menurut mereka pernyataan itu benar, atau mencoret huruf S apabila menurut mereka pernyataan itu salah.
Jadi, tes obyektif bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawab, benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapat mereka mengenai penyataan tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.
Bentuk tes benar-salah ada 2 macam jika dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal, yaitu:
a.       Dengan pembetulan, yaitu siswa diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah
b.      Tanpa pemmbetulan, yaitu siswa hanya diminta melingkari/mencoret huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul
Keunggulan tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
a)      Mudah dalam menyusun/pembuatannya mudah
b)      Dapat digunakan berulang kali
c)      Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas/tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja
d)     Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas
e)      Bagi testee, cara mengerjakannya mudah
f)        Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah
Kelemahan tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
1)      Mudah ditebak dan diduga
2)      Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban
3)      Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali, jadi lebih bersifat hafalan
4)      Umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali
5)      Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah

Petunjuk dalam menyusun true-false test:
a)      Tuliskan huruf B-S didepan masing-masing pernyataan, agar mudah bagi testee dalam memberikan jawaban, dan mudah juga bagi tester dalam mengoreksi
b)      Jumlah butir soal hendaknya antara 10-20 soal
c)      Jumlah butir soal yang jawabannya benar sebaiknya seimbang dengan butir soal yang jawabannya salah
d)     Urutan soal yang jawabannya benar dan yang jawabannya salah sebaiknya jangan ajeg, tetapi dibuat selang seling, agar adapt mencegah adanya spekulasi
e)      Butir-butir soal yang jawabannya benar sebaiknya tidak mempunya corak yang berbeda dari soal yang jawabannya salah
f)       Hindari pernyataan yang susunan kalimatnya persis dalam bahan tes

2.      Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
Sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a)      Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
b)      Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.

Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.

Keunggulan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test):
a)      Pembuatannya mudah
b)      Dapat dinilai dengan mudah, cepat, dan obyektif
c)      Apabila tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dhilangkan
d)     Tes jenis ini berguna untuk menilai berbagai hal, seperti:
1.      Antara problem dan penyelesaiannya
2.      Antara teori dan penemunya
3.      Antara sebab dan akibatnya
4.      Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
5.      Antara istilah dan definisinya

Kelemahan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test):
a)      Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja
b)      Karena mudah disusun, maka tes ini kadang dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu digunakan apabila pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain
c)      Tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
d)     Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan

Petunjuk penyusunan Matching Test:
a)      Butir-butir soal yang dituangkan hendaknya tidak kurang dari 10 dan jangan lebih dari 15 (sekalipun tidak ada rumus/ketentuan yang pasti)
b)      Pada kelompok item sebaiknya ditambah sekitar 20% kemungkinan jawab. Hal ini dimaksudkan agar testee tidak terlalu mudah mencari jawabannya jika pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit yang belum diisikan.
c)      Sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun jawabannya berada pada satu halaman kertas (untuk memudahkan testee dalam mengerjakan)
d)     Petunjuk mengerjakan soal dibuat setegas dan seringkas mungkin

3.      Tes obyektif bentuk Isian (Fill in test)
                   Tes obyektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut.
Keunggulan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test):
a)      Cara penyusunannya mudah
b)      Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya
c)      Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu hal/bidang
Kelemahan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test):
a)      Karena tertuang dalam bntuk rangkaian cerita, maka test jenis ini umumya banyak memakan tempat
b)      Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja
c)      Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka
d)     Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian saja dari bahan yang semestinya diteskan
Petunjuk menyusun butir-butir item tes Fill in:
a)      Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban tersendiri/tempat yang terpisah
b)      Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat
c)      Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya mrngungkap pengetahuan atau pengenalan, tetapi dapat mengungkap taraf kompetensi yang lebih mendalam lagi

4.      Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
Sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan. Ciri-cirinya:
a)      Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan
b)      Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik (…..)
c)      Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan jawaban

Jadi, tes obyektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk fill in. Perbedaannya ialah, pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus seperti itu. Dengan kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.

Keunggulan tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a)      Tes model ini mudah dalam penyusunannya
b)      Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes obyektif jenis ini lebih menghemat tempat
c)      Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini.
d)     Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja

Kelemahan tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a)      Pada umunya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja
b)      Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk diujikan
c)      Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya

5.      Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)
Multiple choice test terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau dengan kata lain, multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).
Sampai saat ini multiple Choice item dapat dibedakan menjadi delapan model, yakni:
a.      Model melengkapi lima pilihan
Terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang belum lengkap, disertai oleh 5 kemungkinan jawaban yang dapat melengkapi jawaban tersebut. Tugas testee adalah memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawaban yang menurut keyakinan testee paling tepat (=merupakan jawaban yang benar)
Contoh:
1.       Apabila kita memasuki masjid, disunnatkan untuk melakukan solat sunnat…
a)      Tahiyatul masjid
b)      Istisqa’                                   
c)      Rawatib
d)     dhuha
e)      tarawih
Kunci jawaban dari pertanyaan tersebut adalah A. tahiyatul Masjid

b.      Model melengkapi berganda
Soal jenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas pernyataan yang belum lengkap, disertai beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betul bisa satu, dua, tiga, atau empat.  Contoh:
a)      Bila (1), (2), dan (3) betul
b)      Bila (1) dan (3) betul
c)      Bila (2) dan (4) betul
d)     Bila hanya (4) yang betul
e)      Bila semuanya betul

Soal: 1. Haji wada’ adalah haji yang dikerjakan…
1)      Sepuluh than sebelum nabi wafat
2)      Khusus oleh Nabi Muhammad SAW
3)      Oleh semua umat islam
4)      Setahun sebelum bulan haji berikutnya
Kunci jawabannya adalah C, karena yang benar adalah point nomor (2) dan (4)

c.       Model asosiasi dengan empat atau lima pilihan
Terdiri dari empat atau lima istilah/pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Dari setiap pernyataan tersebut, testee diminta memilih salah satu istilah/pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee paling tepat. Contoh:


A.    Fasiq       B. kafir         C. Murtad       D. Riya’
Soal:
1)      Orang yang tidak mengakui adanya Allah
2)      Orang yang keluar dari agama islam
3)      Orang yang tahu aturan dan kewajiban, tetapi tidak mau menjalankannya
4)      Gemar pamer dan ingin dipuji orang
Kunci: 1. B, 2. C , 3. A, 4. D

d.      Model analisis hubungan antar hal
Terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh kalimat keterangan. Yang ditanyakan kepada testee adalah, apakah pernyataan tersebut betul, dan apakah keterangan tersebut juga betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan tersebut disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan tersebut tidak disebabkan oleh keterangan tesebut?
Contoh:
Pilihlah:
a)      Jika pernyataan betul, alasan betul, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab-akibat
b)      Jika pernyataan betul, alasan betul, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat
c)      Jika pernyataan betul dan alasan salah
d)     Jika pernyataan salah dan alasan betul
e)      Jika pernyataan salah dan alasan salah

Soal:
1.      Nabi Muhammad SAW bersifat ma’sum atau terhindar dari dosa
SEBAB
            Dosa seseorang akan ditanggung oleh orang yang bersangkutan
Kunci jawaban dari pertanyaan tersebut adalah B, karena pernyataan betul, alasan betul, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat

e.       Model analisis kasus
Pada butir soal jenis ini, seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, testee ditanya mengenai berbagai hal dan kunci-kunci jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.

f.       Model Hubungan Dinamik
Model tes jenis ini menuntut testee untuk memiliki bekal pengertian/pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungn dinamik. Model tes ini lebih cocok diterapkan pada kelompok mata pelajaran eksak, seperti: Biologi, kimia, Fisika, dsb.
Contoh:
Pilihlah: 
a)      Jika (1) naik, maka (2) naik
b)      Jika (1) turun, maka (2) turun
c)      Jika (1) naik, maka (2) turun
d)     Jika (1) turun, maka (2) naik
e)      Jika perubahan pada (1) tidak mempengaruhi (2)

Soal: 1.
1)      Volume Urine
2)      Berat Jenis Urine
       Jawaban: C

g.      Model Hal Kecuali
Pada model tes jenis ini, kolom sebelah kiri dicantumkan 3 macam gejala/kategori (A, B, atau C), sedangkan pada kolom sebelah kanan ada 5 hal/keadaan (1, 2, 3, 4, 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada disebelah kiri. Jawaban yang dikehendaki oleh tester adalah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal/keadaan itu. Jadi, testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu 1 huruf abjad dan 1 nomor.

Contoh:
Pilihlah: Kategori manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang tidak termasuk kelompok hal diatas!
Soal:
A.    Sifat-sifat orang sombong                                           1. Sidiq
B.     Kriteria  untuk menjadi khalifah                                 2. Amanah
dalam pemerintahan islam                                           3. Khianat
C.     Sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul                            4. Fathonah
                                                                                    5. Tabligh
Kunci jawabannya adalah C.3, karena yang beruhungan erat denga 4 hal diatas selain khianat adalah C, yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul.

h.      Model pemakaian diagram, grafik, peta, atau gambar
Pada tes obyektif model ini, terdapat gambar/diagram/peta/grafik yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang hl-hal tertentu yang berkaitan dengan tanda-tanda tersebut.
Keunggulan tes Pilihan Ganda:
a)      Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup atau mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik
b)      Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif
c)      Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi
d)     Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/dimintai bantuan mengoreksi hasil tes tersebut
e)      Butir soal pada tes obyektif jauh lebih mudah dianalisis
f)       Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.
Kelemahan tes bentuk Pilihan Ganda:
a)      Menyusun butir tes obyektif tidak semudah menyusun tes uraian
b)      Umumnya kurang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi atau mendalam
c)      Terbuka bagi testee untuk bermain spekulasi

Petunjuk Penyusunan Tes Pilihan Ganda:
a)      Untuk dapat menyusun soal tes obyektif yang bermutu tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri sering berlatih
b)      Disamping mengungkap aspek ingatan, juga dapat mengungkap aspek yng lebih mendalam, maka dalam merancang soal, hendaknya tester menggunakan Tabel Spesifikasi Soal/kisi-kisi soal/blue print
c)      Dalam menyusun butir-butir soal soal tes obyektif diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir soal yang menimbulkan penafsiran ganda/rancu dalam pemberian jawabannya
d)     Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh testee
e)      Hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan tegas, sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk atau perintah yang telah ditentukan
f)        Kunci jawaban harus tidak bias diperdebatkan lagi.
g)      Tidak boleh diberikan “clues” secara tidak langsung seperti panjang pendeknya alternative-alternatif, penggunaan kata-kata khusus.
h)      Soal-soal manapun alternative tidak boleh diambil secara kata demi kata dari buku sehingga ada kemungkinan siswa menjawab benar bukan karena ia menguasai bahannya akan tetapi karena bunyi kalimatnya yang sangat familier.


2.3 TES URAIAN (TES SUBJEKTIF)
  a. Pengertian tes uraian
            Tes ini pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya adalah dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
            Soal-soal uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan  bahwa tes ini menuntut siswa untuk dapat  mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas tinggi. Soal uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit.
b. Teori Berkenaan dengan Tes Uraian
Tes uraian dan objektif tes uraian adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari mahasiswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri yang berbeda dengan jawaban mahasiswa lainnya (Bloom & Madaus, 1981). Menurut Grondlund (1982), tes uraian adalah kebebasan menjawab pertanyaan yang ditujukan pada seseorang, yang menuntutnya agar memberikan jawaban sendiri, relatif bebas, bagaimana mendekati masalahnya, informasi apa yang akan digunakan, bagaimana mengorganisasi jawabannya, dan berapa besar tekanan yang diberikan kepada setiap aspek jawaban. Nitko (1996) mengemukakan bahwa soal-soal tes uraian memperbolehkan seseorang bebas untuk mengekspresikan jawaban, ide-ide mereka sendiri dan hubungan antar ide-ide tersebut, serta mengorganisasi jawaban sendiri. Jawaban dari soal menginginkan seseorang untuk mengaplikasikan keahliannya untuk memecahkan masalah baru atau menganalisis situasi baru. Seorang mahasiswa bebas merespons derajat kebenaran atau kebaikan. Respon mahasiswa dapat dinilai oleh seorang pengajar ahli (dosen) yang mengetahui subjeknya terlebih dahulu.

C. Kelebihan dan Kelemahan
            ·         Kelebihan-kelebihan dari tes uraian
1.      Mudah disiapkan dan disusun.
2.      Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulas iatau untung-untungan.
3.      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
4.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
5.      Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.

`                 ·         Kelemahan-kelemahan dari tes uraian
1.      Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
2.       Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3.      Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4.      Pemeriksaannya lebih sulit  sebab membutuhkan pertimbangan  individual lebih banyak dari penilai.
5.      Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan  kepada orang lain.

   D. Petunjuk Penyusunan
Dalam penyusunan tes subjektif , maka harus diperhatikan beberapa hal berikut.
1.      Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokokdari bahan yang di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2.      Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3.      Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi  dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
4.      Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”, ”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5.      Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
6.      Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlal umum, tapi harus spesifik.

 E. Penggunaan Tes Uraian
      Tes bentuk uraian digunakan apabila:
1.     Kelompok yang akan dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
2.     Tester(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.
3.     Guru ingin menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil yang telah dicapai.
4.     Memiliki waktu yang cukup untuk menyusun tes.

  F.  Contoh Soal Tes Uraian
DNA tersusun atas rangkaian nukleotida (polinukleotida) ganda, yang membentuk tangga berpilin.
a)      Apakah yang menyusun satu molekul nukleotida?
b)      Buatlah bagan satu nukleotida yang menunjukkan 13a?

G.   Beberapa Prinsip Konstruksi Tes Butir Soal Tes Uraian
1.      Prinsip 1: Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok.
2.      Prinsip 2: Beritatahulah sebelumnya bahwa dalam tes yang akan datang akan digunakan bentuk tes uraian.
3.      Prinsip 3: Batasilah ruang lingkup secara pasti
4.      Prinsip4: Pertanyaan hendaklah untuk mengukur tujuan hasil yang penting saja.
5.      Prinsip 5: Jangan terlalu banyak menggunakan soal bentuk uraian untuk mengukur kemampuan mengingat




















BAB III
SIMPULAN

Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif, yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Adapun jenis-jenisnya meliputi bentuk tes benar-salah (true-false), menjodohkan (matching test), bentuk isian (Fill in), bentuk melengkapi (completion), dan bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test). Dalam bentuk tes pilihan ganda sendiri terdapat beberapa model, antara lain model melengkapi lima pilihan, melengkapi berganda, model asosiasi empat atau lima pilihan, model analisis hubungan antar hal, model analisis kasus, model hubungan dinamik, model hal kecuali, dan model pemakaian diagram, grafik, peta, atau gambar. Dari jenis-jenis soal diatas, masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan yang saling melengkapi satu sama lain.

















           
DAFTAR PUSTAKA



Ø  Akhir Mali El Bustany. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam-Tes Objektif, http://arminaven. blogspot.com/2011/06/tehnik-evaluasi-pendidikan-islam-tes.html.

Ø  Wakhinuddin S. Tes Objektif, http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/06/03/tes-objektif/, diakses tanggal 9 Maret 2012, pukul 11.38 WIB

Ø  Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT Raja Grafika Persada: 2007